●SELAMAT BERSAHUR
SALAM SUBUH●
Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Rafi' telah menceritakan kepada kami 'Abdurrazzaq telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Ja'far Al Jazari dari Yazid bin Al Asham dari Abu Hurairah dia berkata;
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: '
(HR. Muslim: 4936)
Kitab : Taubat
BAB: Dosa menjadi lebur dengan istighfar
#kalamulama
SALAM SUBUH●
Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Rafi' telah menceritakan kepada kami 'Abdurrazzaq telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Ja'far Al Jazari dari Yazid bin Al Asham dari Abu Hurairah dia berkata;
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: '
Demi Dzat yang jiwaku di tangannya, seandainya kamu sekalian tidak berbuat dosa sama sekali, niscaya Allah akan memusnahkan kalian. Setelah itu, Allah akan mengganti kalian dengan umat yang pernah berdosa. Kemudian mereka akan memohon ampunan kepada Allah dan Allah pun pasti akan mengampuni mereka.'
(HR. Muslim: 4936)
Kitab : Taubat
BAB: Dosa menjadi lebur dengan istighfar
#kalamulama
❤20👍4
𝗦𝗘𝗢𝗥𝗔𝗡𝗚 𝗔𝗬𝗔𝗛 𝗝𝗨𝗚𝗔 𝗕𝗢𝗟𝗘𝗛 𝗗𝗘𝗥𝗛𝗔𝗞𝗔.
Sayyidina Umar RA berkata,
“Seorang ayah akan menjadi derhaka pada anaknya kerana tiga perkara. Pertama, jika dia memilih isteri yang tidak solehah untuk meletakkan benihnya ke dalam rahim wanita tersebut. Kedua, jika dia menamakan anaknya dengan nama yang tidak elok. Ketiga, jika dia tidak mengajarkan pada anaknya membaca Al-Quran.”
Lalu anak itu pun berkata,
“Jika yang demikian, ayah ku telah menepati ketiga-tiga criteria tersebut. Ayahku telah memilih seorang wanita yang jahat (dengan erti kata lain, ibunya bukanlah wanita yang baik), dia telah memberi nama ku yang bermaksud kelawar, dan dia tidak pernah mengajarkan kepada ku untuk membaca Al-Quran.”
#KalamUlama
Sayyidina Umar RA berkata,
“Seorang ayah akan menjadi derhaka pada anaknya kerana tiga perkara. Pertama, jika dia memilih isteri yang tidak solehah untuk meletakkan benihnya ke dalam rahim wanita tersebut. Kedua, jika dia menamakan anaknya dengan nama yang tidak elok. Ketiga, jika dia tidak mengajarkan pada anaknya membaca Al-Quran.”
Lalu anak itu pun berkata,
“Jika yang demikian, ayah ku telah menepati ketiga-tiga criteria tersebut. Ayahku telah memilih seorang wanita yang jahat (dengan erti kata lain, ibunya bukanlah wanita yang baik), dia telah memberi nama ku yang bermaksud kelawar, dan dia tidak pernah mengajarkan kepada ku untuk membaca Al-Quran.”
#KalamUlama
👍17❤1
3 JENIS MANUSIA.
“Ketahuilah, sungguh, orang yang tenggelam dalam urusan duniawi yang penuh dengan tipu daya, dan mencintai kesenanganNya pasti kalbunya akan lalai untuk mengingat kematian. Akibatnya, jika diingatkan tentang kematian, ia justru tidak suka, bahkan membencinya.
Mereka ini, persis seperti orang yang disindir dalam Al-Qur’an: ”Katakanlah: ‘Sesungguhnya maut yang kalian lari darinya pasti akan menjumpai kalian, lalu kalian semua akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui segala yang gaib dan nyata. Kemudian, Dia akan memberitahukan kepada kalian apa-apa yang kalian lakukan.” (QS Al-Jumuah: 8).
Manusia pada dasarnya terbagi menjadi 3 golongan, yakni: orang yang tenggelam dalam urusan duniawi, orang yang bertobat, dan orang yang telah mencapai maqam ‘arif.
Pertama: Orang yang tenggelam dalam urusan duniawi tidak akan ingat tentang kematian. Dan, kalaupun dia mengingatnya, pasti ia lakukan sambil mengingat dunianya. Ini akan membuatnya semakin jauh dari Allah.
Kedua: Orang yang bertobat itu akan memperbanyak mengingat kematian, sehingga dalam kalbunya lahir rasa takut dan gentar. Hal ini akan semakin menguatkan kesempurnaan tobatnya. Boleh jadi, dia merasa takut pada datangnya kematian, tapi hal tersebut lebih didorong oleh rasa takut bahwa kematian itu akan datang di saat tobatnya dirasakan belum sempurna, dan bekalnya untuk kehidupan akhirat belum cukup. Rasa takut mati pada orang seperti itu masih bisa dimaklumi, dan dia tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang disebut dalam sabda Rasulullah, “Barangsiapa tidak suka bertemu dengan Allah, maka Allah pun tidak suka bertemu dengannya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Orang-orang seperti ini sebenarnya tidak membenci pertemuan dengan maut atau pertemuan dengan Allah. Tapi, dia hanya takut jangan-jangan dia bertemu dengan Allah dalam keadaan yang kurang sempurna dan lalai. Dia laksana orang yang terlambat bertemu dengan kekasihnya, karena sibuk mempersiapkan diri supaya pertemuan itu mendatangkan kecintaan sang kekasih. Jadi, dia tidak bisa dianggap keberatan terhadap pertemuan tersebut.
Ciri khas orang yang bertobat adalah fokus pada persiapan untuk pertemuan dengan Rabb-nya dan mengurangi perhatian kepada hal-hal yang lain. Kalau tidak seperti itu, berarti dia termasuk orang yang tenggelam dalam urusan duniawi semata.
Ketiga: Orang yang ‘Arif adalah orang yang selalu mengingat kematian, karena baginya kematian adalah saat bertemu dengan Sang Kekasih. Dan, orang yang telah dimabuk cinta tak akan pernah lupa dengan janji bertemu dengan orang yang dicintainya. Orang seperti itu biasanya merasakan datangnya kematian begitu lambat, dan dia sangat gembira saat kematian datang. Sebab, dengan begitu dia bisa segera meninggalkan dunia, tempat tinggal orang-orang durhaka. Dia lebih memilih untuk berada di sisi Rabb semesta alam.
Hal ini seperti hadis yang diriwayatkan oleh Hudzaifah. Menjelang kematiannya, Hudzaifah-Al-Yamani mengatakan: “Sang Kekasih datang kepada orang yang papa (lemah). Dan, tidaklah beruntung orang yang baru menyesal pada saat seperti itu. Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa miskin lebih aku sukai daripada kaya, sakit lebih aku sukai daripada sehat, dan mati lebih aku sukai daripada hidup, tolong mudahkanlah kematianku supaya aku bisa segera bertemu dengan-Mu.”
--Imam Al-Ghazali dalam kitab Dzikir al-Maut wa Ba’dahu, Ihya Ulumuddin.
#KalamUlama
“Ketahuilah, sungguh, orang yang tenggelam dalam urusan duniawi yang penuh dengan tipu daya, dan mencintai kesenanganNya pasti kalbunya akan lalai untuk mengingat kematian. Akibatnya, jika diingatkan tentang kematian, ia justru tidak suka, bahkan membencinya.
Mereka ini, persis seperti orang yang disindir dalam Al-Qur’an: ”Katakanlah: ‘Sesungguhnya maut yang kalian lari darinya pasti akan menjumpai kalian, lalu kalian semua akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Maha Mengetahui segala yang gaib dan nyata. Kemudian, Dia akan memberitahukan kepada kalian apa-apa yang kalian lakukan.” (QS Al-Jumuah: 8).
Manusia pada dasarnya terbagi menjadi 3 golongan, yakni: orang yang tenggelam dalam urusan duniawi, orang yang bertobat, dan orang yang telah mencapai maqam ‘arif.
Pertama: Orang yang tenggelam dalam urusan duniawi tidak akan ingat tentang kematian. Dan, kalaupun dia mengingatnya, pasti ia lakukan sambil mengingat dunianya. Ini akan membuatnya semakin jauh dari Allah.
Kedua: Orang yang bertobat itu akan memperbanyak mengingat kematian, sehingga dalam kalbunya lahir rasa takut dan gentar. Hal ini akan semakin menguatkan kesempurnaan tobatnya. Boleh jadi, dia merasa takut pada datangnya kematian, tapi hal tersebut lebih didorong oleh rasa takut bahwa kematian itu akan datang di saat tobatnya dirasakan belum sempurna, dan bekalnya untuk kehidupan akhirat belum cukup. Rasa takut mati pada orang seperti itu masih bisa dimaklumi, dan dia tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang disebut dalam sabda Rasulullah, “Barangsiapa tidak suka bertemu dengan Allah, maka Allah pun tidak suka bertemu dengannya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Orang-orang seperti ini sebenarnya tidak membenci pertemuan dengan maut atau pertemuan dengan Allah. Tapi, dia hanya takut jangan-jangan dia bertemu dengan Allah dalam keadaan yang kurang sempurna dan lalai. Dia laksana orang yang terlambat bertemu dengan kekasihnya, karena sibuk mempersiapkan diri supaya pertemuan itu mendatangkan kecintaan sang kekasih. Jadi, dia tidak bisa dianggap keberatan terhadap pertemuan tersebut.
Ciri khas orang yang bertobat adalah fokus pada persiapan untuk pertemuan dengan Rabb-nya dan mengurangi perhatian kepada hal-hal yang lain. Kalau tidak seperti itu, berarti dia termasuk orang yang tenggelam dalam urusan duniawi semata.
Ketiga: Orang yang ‘Arif adalah orang yang selalu mengingat kematian, karena baginya kematian adalah saat bertemu dengan Sang Kekasih. Dan, orang yang telah dimabuk cinta tak akan pernah lupa dengan janji bertemu dengan orang yang dicintainya. Orang seperti itu biasanya merasakan datangnya kematian begitu lambat, dan dia sangat gembira saat kematian datang. Sebab, dengan begitu dia bisa segera meninggalkan dunia, tempat tinggal orang-orang durhaka. Dia lebih memilih untuk berada di sisi Rabb semesta alam.
Hal ini seperti hadis yang diriwayatkan oleh Hudzaifah. Menjelang kematiannya, Hudzaifah-Al-Yamani mengatakan: “Sang Kekasih datang kepada orang yang papa (lemah). Dan, tidaklah beruntung orang yang baru menyesal pada saat seperti itu. Ya Allah, jika Engkau tahu bahwa miskin lebih aku sukai daripada kaya, sakit lebih aku sukai daripada sehat, dan mati lebih aku sukai daripada hidup, tolong mudahkanlah kematianku supaya aku bisa segera bertemu dengan-Mu.”
--Imam Al-Ghazali dalam kitab Dzikir al-Maut wa Ba’dahu, Ihya Ulumuddin.
#KalamUlama
👍16❤1
Barangsiapa redha dengan rezeki yang Allah سبحانه وتعالى telah berikan, maka ia akan tenang di dunia dan di akhirat.
Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid ~
#KalamUlama
Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid ~
#KalamUlama
❤28👍12🥰6
Habib Abdul Qadir Ba’abud berkata,
“Seorang wanita, jikalau ingin meninggalkan sesuatu yang indah, ingin terkenal, jangan terkenal di depan sosial media. Terkenallah di sisi Allah. Semakin tertutup anda, maka anda semakin mulia.”
#KalamUlama
“Seorang wanita, jikalau ingin meninggalkan sesuatu yang indah, ingin terkenal, jangan terkenal di depan sosial media. Terkenallah di sisi Allah. Semakin tertutup anda, maka anda semakin mulia.”
#KalamUlama
❤52👍2
Nabi ajar kita baca ini (lihat gambar diatas) untuk Lailatul Qadar. Bacalah pada 10 malam terakhir baik sebagai doa atau zikir.
Baik lelaki, wanita, yang dalam keadaan suci mahupun yang haid, atau nifas. Semuanya berpeluang meraih malam yang lebih baik dari 1000 bulan.
Bagi yang tak boleh baca Arab doa tersebut (yang bergaris) ialah:
Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni.
Moga berguna buat yang membacanya.
_
21 Ramadhan 1445H
Baik lelaki, wanita, yang dalam keadaan suci mahupun yang haid, atau nifas. Semuanya berpeluang meraih malam yang lebih baik dari 1000 bulan.
Bagi yang tak boleh baca Arab doa tersebut (yang bergaris) ialah:
Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu 'anni.
Moga berguna buat yang membacanya.
_
21 Ramadhan 1445H
👍14❤7
INDAHNYA AKHLAK ULAMA YANG BENAR.
Guru & Murid Tertawa Kerana Berbeza Pendapat Tentang Rezeki.
Imam Malik (guru Imam Syafii) dalam majlis menyampaikan,
"Sesungguhnya rezeki itu datang tanpa sebab, cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan memberikan Rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah mengurus lainnya."
Sementara Imam Syafii (sang murid berpendapat lain),
"Seandainya seekor burung tidak keluar dari sangkarnya, bagaimana mungkin ia akan mendapatkan rezeki. Guru dan murid berselingkuh pada pendapatnya."
Suatu saat tengah meninggalkan pondok, Imam Syafii melihat serombongan orang tengah memetik anggur. Diapun membantu mereka. Setelah pekerjaan selesai, Imam Syafii memperoleh upah beberapa ikat anggur sebagai balas jasa. Imam Syafii girang, bukan kerana mendapatkan anggur, tetapi pemberian itu telah menguatkan pendapatnya. Jika burung tak terbang dari sangkar, bagaimana ia akan mendapat rezeki. Seandainya dia tak membantu memetik, niscaya tidak akan mendapatkan anggur.
Bergegas dia menjumpai Imam Malik sang guru. Sambil menghidangkan seluruh anggur yang didapatkannya, lalu dia bercerita. Imam Syafii sedikit mengeraskan bagian kalimat,
“Seandainya saya tidak keluar pondok dan melakukan sesuatu (membantu memetiknya), tentu saja anggur itu tidak akan pernah sampai di tangan saya.”
Mendengar itu Imam Malik tersenyum, seraya mengambil anggur dan memakannya. Imam Malik berucap pelahan,
“Seharian di hari ini aku memang tidak keluar pondok, hanya mengambil tugas sebagai guru, dan sedikit berfikir alangkah nikmatnya kalau dalam hari yang panas ini aku bisa menikmati anggur. Tiba-tiba engkau datang sambil membawakan beberapa ikat anggur untukku. Bukankah ini juga bahagian dari rezeki yang datang tanpa sebab. Cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan berikan rezeki. Lakukan yang menjadi bahagianmu, selanjutnya biarkan Allah yang mengurus lainnya.”
Guru dan murid itu kemudian tertawa.
Dua Imam madzhab mengambil dua hukum yang berbeza dari hadits yang sama. Begitulah cara ulama bila melihat perbezaan, bukan dengan cara menyalahkan orang lain dan hanya membenarkan pendapatnya saja.
Kredit: Dania Sya'rani
#KalamUlama
Guru & Murid Tertawa Kerana Berbeza Pendapat Tentang Rezeki.
Imam Malik (guru Imam Syafii) dalam majlis menyampaikan,
"Sesungguhnya rezeki itu datang tanpa sebab, cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan memberikan Rezeki. Lakukan yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarkan Allah mengurus lainnya."
Sementara Imam Syafii (sang murid berpendapat lain),
"Seandainya seekor burung tidak keluar dari sangkarnya, bagaimana mungkin ia akan mendapatkan rezeki. Guru dan murid berselingkuh pada pendapatnya."
Suatu saat tengah meninggalkan pondok, Imam Syafii melihat serombongan orang tengah memetik anggur. Diapun membantu mereka. Setelah pekerjaan selesai, Imam Syafii memperoleh upah beberapa ikat anggur sebagai balas jasa. Imam Syafii girang, bukan kerana mendapatkan anggur, tetapi pemberian itu telah menguatkan pendapatnya. Jika burung tak terbang dari sangkar, bagaimana ia akan mendapat rezeki. Seandainya dia tak membantu memetik, niscaya tidak akan mendapatkan anggur.
Bergegas dia menjumpai Imam Malik sang guru. Sambil menghidangkan seluruh anggur yang didapatkannya, lalu dia bercerita. Imam Syafii sedikit mengeraskan bagian kalimat,
“Seandainya saya tidak keluar pondok dan melakukan sesuatu (membantu memetiknya), tentu saja anggur itu tidak akan pernah sampai di tangan saya.”
Mendengar itu Imam Malik tersenyum, seraya mengambil anggur dan memakannya. Imam Malik berucap pelahan,
“Seharian di hari ini aku memang tidak keluar pondok, hanya mengambil tugas sebagai guru, dan sedikit berfikir alangkah nikmatnya kalau dalam hari yang panas ini aku bisa menikmati anggur. Tiba-tiba engkau datang sambil membawakan beberapa ikat anggur untukku. Bukankah ini juga bahagian dari rezeki yang datang tanpa sebab. Cukup dengan tawakkal yang benar kepada Allah niscaya Allah akan berikan rezeki. Lakukan yang menjadi bahagianmu, selanjutnya biarkan Allah yang mengurus lainnya.”
Guru dan murid itu kemudian tertawa.
Dua Imam madzhab mengambil dua hukum yang berbeza dari hadits yang sama. Begitulah cara ulama bila melihat perbezaan, bukan dengan cara menyalahkan orang lain dan hanya membenarkan pendapatnya saja.
Kredit: Dania Sya'rani
#KalamUlama
❤25👍5🥰2