Telegram Web Link
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Messages in this channel will be automatically deleted after 1 day
Messages in this channel will no longer be automatically deleted
You asked; we listened. We’re excited to announce that we're finally do OPEN BOOKING, which has more dazzling new displays and more attractive facilities!

Coming to you this JULY! The most innovative solution for your events! Started from the bottom, now
#GIG here. Get our hot take at the link below

     ⋮⋮⋮ SNK
     ⋮⋮⋮ Slot
     ⋮⋮⋮ Format
     ⋮⋮⋮ Contact
     ⋮⋮⋮ FAQ
     ⋮⋮⋮ Aturan Pemesanan

Love, warmth and family come to mind and laughter never ends, team
@NIFTYORGANIZER.
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Messages in this channel will no longer be automatically deleted
Please open Telegram to view this post
VIEW IN TELEGRAM
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
   "Lembah Tengkorak Gunung Samirana"

Gunung Samirana bukanlah gunung yang tercantum dalam peta resmi pendakian. Ia dikenal hanya di kalangan pendaki veteran, dan hanya dibicarakan dengan bisik-bisik. Alasannya: setiap lima tahun sekali, selalu ada yang hilang.

Rafi, seorang pendaki urban yang sedang mengejar konten ekstrem, memutuskan untuk mendaki Gunung Samirana bersama empat temannya yaitu Dani, Lela, Hani, dan Bayu. Mereka nekat naik meskipun warga desa terakhir di bawah kaki gunung melarang keras.

"Samirana bukan buat manusia biasa," kata Pak Darto, kepala desa. "Di atas sana, kalian bukan pengunjung, tapi mangsa."
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Hari pertama pendakian berjalan normal. Jalur tanah, kabut tebal, dan hutan lebat. Tapi malamnya, mereka mulai mendengar lonceng kecil berdenting di kejauhan, padahal tidak ada ternak atau penduduk.

Hari kedua, Dani menghilang saat pagi. Ia pamit buang air, tapi tak kembali. Mereka mencarinya seharian, hanya menemukan sehelai kaosnya tergantung di pohon tinggi, dan jejak kaki telanjang mengelilingi tenda.
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Hari ketiga, suasana semakin mencekam. Kabut makin pekat, dan pohon-pohon tampak miring menghadap ke satu arah — seolah menunjuk ke dalam hutan. Lela kerasukan saat malam, berbicara dalam bahasa aneh yang tak dimengerti, sebelum akhirnya muntah hitam dan pingsan.

Saat mereka membaringkan Lela, Hani menemukan goresan di batang pohon dekat tenda mereka:
“Kembali sebelum tubuhmu dikuliti.”

Bayu ingin menyerah dan turun, tapi jalur yang mereka lalui menghilang. Mereka tersesat dalam hutan yang terus berubah arah.
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Malam keempat, mereka tiba-tiba berada di lembah cekung penuh tengkorak dan tulang berserakan. Di tengahnya, sebuah batu altar besar dipenuhi kain merah dan rambut manusia.

Dan di sekeliling mereka, puluhan sosok kurus, tinggi, bermata kosong, berdiri diam memandangi mereka… suku gaib penjaga Samirana. Sosok-sosok ini tidak bergerak, hanya bernapas berat dan sesekali memukul lonceng kecil di tangan mereka.
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Bayu lari duluan. Ia yang paling kuat secara fisik tapi ia tersandung dan kepalanya terbentur batu. Saat ia membuka mata, ia sudah berada di desa — sendiri.

Dari timnya, hanya Bayu yang ditemukan. Tapi ia tidak pernah bisa berbicara lagi. Ia hanya bergetar dan menangis setiap kali mendengar suara lonceng kecil.
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
Dan yang aneh, setiap malam bulan purnama, orang-orang desa melihat sosok Bayu berdiri di tepi hutan, menatap ke arah Gunung Samirana, seolah tubuhnya kembali tapi jiwanya masih di lembah tengkorak.

Gunung Samirana tidak butuh banyak pengunjung. Cukup satu jiwa untuk setiap lima tahun. Tapi jika kamu datang rombongan, biar mereka yang memilih siapa yang tinggal.
This media is not supported in your browser
VIEW IN TELEGRAM
2025/06/29 23:42:09
Back to Top
HTML Embed Code: