Telegram Web Link
(316)

Antara Dicintai dan Mencintai

Bisa saja seseorang mencintai. Mudah dan semau inginnya. Sebab, memberikan cinta tergantung pilihannya.

Memperoleh cinta dari orang yang dicintai, itu yang tak gampang. Karena, intinya bukan bagaimana bisa mencintai, namun seperti apa engkau bisa memperoleh cinta.

Setiap istri ingin dicintai suami. Itupun suami ideal yang diharapkan cintanya. Suami yang sabar, lemah lembut, setia, penyayang, perhatian, dan saleh tentunya.

Tak beda dengan suami. Ia ingin memperoleh cinta tulus dari istri. Tentu istri yang ideal, yaitu istri yang penurut, tak suka menuntut, hadir dalam suka duka, hati senang saat memandang, dan selalu membesarkan hati.

Kaum suami berharap istrinya seperti Ibunda Khadijah, yang menyerahkan cinta luar biasa. Para istri inginnya bersuami seperti Rasulullah ﷺ, yang cintanya sangat mendalam.

Tahukah, Istri? Kenapa Rasulullah ﷺ sangat mendalam cintanya kepada Ibunda Khadijah? Sebab, Ibunda Khadijah adalah wanita utama.

Ibunda Khadijah sejak masa jahiliah sudah dikenal dengan sebutan wanita suci. Beliau memiliki sifat-sifat mulia.

Setiap kali teringat Ibunda Khadijah, Rasulullah ﷺ selalu memuji dan menyanjung. Bahkan, setelah wafatnya. Bahkan, di depan istri-istri yang lain.

Al Bukhari (3821) Muslim (2437) meriwayatkan hadis Aisyah, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:

قد آمَنَتْ بي إذ كفَرَ بي الناسُ، وصدَّقَتْني إذ كذَّبَني الناسُ، وواسَتْني بمالِها إذ حرَمَني الناسُ، ورزَقَني اللهُ عزَّ وجلَّ ولَدَها إذ حرَمَني أولادَ النِّساءِ

"Sungguh, Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang menentangku. Khadijah membenarkanku saat orang-orang mendustakanku. Khadijah mengorbankan hartanya untukku di waktu orang-orang tak mau membantu. Allah memberi rezeki anak-anak darinya, ketika istri-istri yang lain Allah halangi "

Khadijah adalah wanita agung. Semua yang Ibunda Khadijah punya, diberikan untuk suaminya. Tenaga, pikiran, perhatian, harta, dan semua-semuanya. Maka, Rasulullah ﷺ pun memberikan cintanya.

Engkau, wahai Istri, jika ingin mendapatkan cinta suami, maka berkorbanlah semampu-mampumu. Cinta itu akan datang.

Tahukah, Suami, kenapa Ibunda Khadijah cintanya luar biasa kepada Rasulullah ﷺ? Karena, Rasulullah begitu istimewa.

Ketika Rasulullah ﷺ pertama kali memperoleh wahyu dari Allah dan pulang menggigil dingin karena cemas, Ibunda Khadijah menghibur:

كَلَّا، أبْشِرْ، فَوَاللَّهِ لا يُخْزِيكَ اللَّهُ أبَدًا؛ إنَّكَ لَتَصِلُ الرَّحِمَ، وتَصْدُقُ الحَدِيثَ، وتَحْمِلُ الكَلَّ، وتَقْرِي الضَّيْفَ، وتُعِينُ علَى نَوَائِبِ الحَقِّ

" Sekali-kali tidak! Bergembiralah! Demi Allah, Allah tidak akan mungkin membuat Anda terhina. Sungguh, Anda menyambung silaturahmi, berbicara selalu jujur, membantu yang lemah, memuliakan tamu, dan menolong orang yang kesulitan " HR Al Bukhari 6982 Muslim 160

Rasulullah ﷺ memang memiliki sifat-sifat utama. Sejak kecilnya memang sudah jauh berbeda dengan yang lain. Jujur, senang membantu, perhatian kepada keluarga, dan terpercaya. Maka, Ibunda Khadijah pun menyerahkan cintanya.

Engkau, wahai Suami, bila hendak mendapatkan cinta istri, maka jadilah laki-laki yang baik. Cinta itu akan datang.

Iya, cinta itu sulit untuk dirumuskan. Menurut Ibnul Qayyim (Madarijus Salikin 3/11), " Cinta sulit untuk didefinisikan dengan kata-kata yang lebih jelas dari cinta itu sendiri. Jika cinta didefinisikan, malah semakin kabur dan kaku. Definisi cinta itu ya adanya cinta itu "

Maka, cinta tidak bisa dicopypaste, tidak mungkin ditiru, tidak dapat dipaksa atau direkayasa. Cinta bukan untuk dibuat-buat.

Kalau hanya dipamer-pamerkan, diviral-viralkan, apalagi justru berakhir dengan perpisahan, itu bukanlah cinta.

Cinta itu dengan melimpahkan cinta, dan memperoleh cinta dari yang dicintai. Saling mencintai satu sama lain. Bukan bertepuk sebelah tangan.

Dan itu hanya dapat diraih jika dibangun di atas cintanya kepada Allah Ta'ala. Jika cintanya karena Allah, maka kata Ibnul Qayyim, " Itulah cinta yang memutus was-was, melahirkan kelezatan saat melayani, dan sekalipun bertumpuk-tumpuk musibah, tetap ia terhibur".

Kota Mekkah, 21 Februari 2025
(317)

Karena Sepotong Kata, Rusaklah Hubungan Kita

...
(Seri Ibnul Qayyim - 09)

Hanya Allah Saja

" Sungguh, mayoritas orang hanya sebatas memanfaatkanmu untuk memenuhi keinginan mereka, walaupun berdampak buruk terhadap agama dan duniamu.

Mereka tidak peduli, pokoknya keinginan mereka terpenuhi walaupun engkau dirugikan "

" Ar Rabb (Allah Ta'ala) menghendakimu untuk kepentinganmu. Dia menginginkan kebaikan untukmu, kepadamu. Bukan untuk manfaat diri- Nya. Dan Allah menghendaki agar kejelekan tidak terjadi pada dirimu"

" Maka, kenapa engkau sandarkan cita-cita, harapan, dan rasa takut justru kepada selain Allah? "

(Ibnul Qayyim, Ighatsatul Lahafan 1/42)
(317)

Karena Sepotong Kata, Rusaklah Hubungan Kita

Sehari-hari memang dilarang, namun di tengah-tengah pelaksanaan ibadah haji dan umroh, berdebat lebih keras lagi larangannya.

Kenapa?

Faktor-faktor yang menimbulkan perdebatan di saat haji atau umroh sangat banyak dan selalu saja muncul.

Antri, contohnya. Adakah di Tanah Suci aktivitas tanpa antri? 24 jam sepanjang tahun, Mekkah Madinah dikunjungi tanpa henti.

Dini hari atau siang terik matahari, tidak ada beda. Kaya miskin tidak pengaruh. Pejabat dan orang biasa sama saja. Ikut antri.

Di saat thawaf, sa'i, di lift, di ruang makan, naik turun bis, kamar mandi atau toilet, masuk keluar masjid, toko, money changer, di manapun harus antri.

Nah, di saat antri-antri itulah potensi berdebat terjadi. Dorong mendorong (walau tak sengaja), menginjak atau terinjak (meski di luar kemauan), terdesak atau mendesak (padahal terbawa arus), membuat hati panas dan mulut terpancing untuk bersuara.

Apalagi kalau sedang capek, hawa panas, bau keringat orang-orang mengganggu, belum lagi karena alasan orang tua yang didorong memakai kursi roda, plus ada satu saja yang berteriak mengompori.

Sudah, perdebatan lah yang terjadi!

Allah Ta'ala berfirman:

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَعْلُومَاتٌ فَمَنْ فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلا رَفَثَ وَلا فُسُوقَ وَلا جِدَالَ فِي الْحَجِّ

" (Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji " (QS Al Baqarah: 197)

Ada 3 pantangan di Tanah Suci. Salah satunya; berbantah-bantahan. Jangan berdebat! Titik!

Nah, mereka yang telah dipilih dan dimudahkan jalan ke Tanah Suci, baik berhaji atau berumroh, harapannya menjadi duta-duta kebaikan yang menginspirasi di kehidupan nyata untuk; menghindari bantah-bantahan. Bukan type orang yang gemar berdebat.

Disadari betul bahwa setiap konflik, perselisihan, pertengkaran, dan perseteruan, pasti dimulai dan diawali oleh kata-kata yang terucap.

Kata-kata yang lepas tidak dikontrol, tentu berlanjut dengan penyesalan. Tidak mungkin tidak!

Setan merusak hubungan dan menghancurkan kebersamaan, seringnya melalui pintu kata-kata. Walaupun sepotong kata!

Allah Ta’ala berfirman:

وَقُل لِّعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنسَانِ عَدُوًّا مُّبِينًا

" Katakan kepada hamba-hamba-Ku supaya mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (dan benar). Sesungguhnya setan itu selalu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan adalah musuh yang nyata bagi manusia" (QS Al Isra: 53)

Maka, hindari kata-kata yang buruk! Jangan berucap kata yang negatif! Ingat, sepotong kata bisa merusak hubungan kita.

Mulailah di tengah keluarga! Suami istri tidak pantas berbantah-bantahan. Bukankah suami istri telah disatukan dengan cinta? Hati-hati, gara-gara sepotong kata, banyak rumahtangga berakhir dengan perceraian.

Di depan anak-anak, pantang bertengkar. Kepada anak pun, orang tua tidak boleh berbantah-bantahan.

Ingat-ingatlah pesan Rasulullah ﷺ :

 مَن كانَ يُؤْمِنُ باللَّهِ والْيَومِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أوْ لِيصْمُتْ

" Siapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya berbicara yang baik, atau memilih diam "

Al Bukhari 6018 Muslim 47 dari sahabat Abu Hurairah.

Kualitas diri seseorang sangat ditentukan dengan kata-kata nya. Terutama di saat capeknya, ketika sakit nya, dan di waktu amarah nya.

Seseorang tak ada lagi harga dirinya, hingga tidak layak dihormati, jika sudah berucap kata yang negatif.

Sekalipun berada di posisi yang benar, yakin tidak salah, dan demi membela hak nya, bukan berarti ia boleh bicara kasar. Bukan pula alasan berbicara untuk kata atau nada menghina.

Anda yang sudah berkesempatan ke Tanah Suci, nilai ujian Anda ditentukan setelah pulang ke Tanah Air, " Apakah masih suka berdebat? ".

CKG, 23 Februari 2025

www.tg-me.com/anakmudadansalaf
(318)

Meredakan Ambisi Duniawi

Keluar dari Masjid Nabawi di pintu Raja Fahd, gunung Uhud di sebelah utara gagah terlihat. Tingginya 1000 meter lebih sedikit. 7 km panjangnya, dengan lebar sekitar 3 km. Membentang timur ke barat.

Al Bukhari (2389) dan Muslim (991) meriwayatkan kisah Abu Dzar yang mendampingi Rasulullah ﷺ berjalan-jalan.

Sambil menghadap ke arah gunung Uhud, Rasulullah ﷺ berkata, "Wahai, Abu Dzar". Abu Dzar menjawab, " Labbaik, wahai Rasulullah "

Beliau ﷺ bersabda;

لَوْ كانَ لي مِثْلُ أُحُدٍ ذَهَبًا ما يَسُرُّنِي أنْ لا يَمُرَّ عَلَيَّ ثَلاثٌ، وعِندِي منه شيءٌ إلَّا شيءٌ أُرْصِدُهُ لِدَيْنٍ

" Andai saya mempunyai emas sebanyak gunung Uhud itu, saya tidak merasa tenang jika lewat 3 hari, sementara masih ada emas yang tersisa walaupun sedikit. Kecuali yang saya pergunakan untuk melunasi utang"

Salawat dan salam untuk Beliau! Ya, itulah ajaran Rasulullahﷺ! Emas seperti gunung Uhud, berapa banyak itu? 7 km x 3 km × 1 km. Emas yang sangat banyak.

Jangan sampai lebih dari 3 hari 3 malam, emas itu dibagi-bagikan untuk kebaikan. Tidak tersisa sedikit pun! Kecuali untuk melunasi utang.

Nabi Muhammad ﷺ mengajarkan untuk kita bagaimana memandang kehidupan dunia, dan seperti apa hakikat kehidupan di akhirat.

Allah Ta'ala berfirman:

وَمَا هَٰذِهِ ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ ۚ وَإِنَّ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ لَهِىَ ٱلْحَيَوَانُ ۚ لَوْ كَانُوا۟ يَعْلَمُونَ

"Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui" QS Al Ankabut; 64

Kadang-kadang ketika melihat rumah amat bagus, rumah sangat indah, rumah penuh aksesori, rumah banyak pernak-perniknya, rumah yang perabotnya mahal, hati ikut tergelitik, " Andai, saya memiliki rumah seperti ini ".

Ah, jauhnya kita dari Rasulullah ﷺ! Kita di mana, Beliau di mana?

Tidak satu dua riwayat yang menjelaskan seperti apa alas tidurnya Rasulullah ﷺ. Ada kisahnya Umar bin Khattab, ada ceritanya Abu Musa, dan ada hadisnya Ibnu Mas'ud. Semuanya sama! Tentang alas tidurnya Rasulullah ﷺ.

Kenapa alas tidur? Sebab, tempat tidur selalu menjadi lambang kedamaian dan obyek penting dalam kehidupan.

Tidur dengan nyaman adalah ukuran kebahagiaan. Maka, industri tempat tidur selalu menawarkan teknologi terbaru dengan iming-iming aspek kesehatan fisik dan tinjauan psikis.

Banyak riwayat menyebut alas tidur Rasulullah ﷺ terbuat dari daun-daun kurma yang dianyam dengan disilangkan, tindih menindih, dan disusup-susupkan. Iya, tikar dari anyaman daun kurma.

Jelas, setiap kali bangun dari tidur, bekas-bekas tikar kasar itu terlihat di badan Rasulullah ﷺ.

Ibnu Mas'ud menyampaikan, " Wahai Rasulullah, jika Anda berkenan kami akan membuatkan ranjang yang empuk untuk Anda "

Rasulullah ﷺ bersabda:

ما لي وما للدُّنيا ، ما أنا في الدُّنيا إلَّا كراكبٍ استَظلَّ تحتَ شجرةٍ ثمَّ راحَ وترَكَها

" Apa urusanku dengan dunia! Di dunia ini, tidaklah saya melainkan seperti seorang pengendara yang berteduh di bawah rindangnya sebuah pohon. Ia pasti melanjutkan perjalanan dan meninggalkan pohon tersebut " HR Tirmidzi (2377)
Ah, tertampar rasanya. Seperti ada palu godam yang menghantam. Sederhana kata-kata Beliau ﷺ, namun sangat menghujam. Bukankah perumpamaan itu sangat jelas?

Jika seseorang menempuh perjalanan jauh demi pulang ke kampung halaman, tentu ia ingin cepat-cepat sampai. Kalau pun lelah, ia cari tempat teduh untuk singgah. Sebentar saja, bukan?

Ia tentu ingin segera melanjutkan perjalanan. Rindunya ke kampung halaman mengalahkan lelah dan letihnya.

Di tempat singgahnya itu, apa yang ia lakukan? Mendirikan rumah? Membuat bangunan? Berlama-lama? Atau malah berpikir di situlah ia akan tinggal seterusnya?

Semua pertanyaan di atas, tentunya jawabannya: Tidak! Dan Tidak!

Hidup di dunia adalah perjalanan pulang kembali ke surga, kampung halaman manusia. Apa yang dimiliki dan dipunya sekarang, kirimkanlah sebagai pahala untuk membangun istana di surga!

Jangan sia-siakan hartamu untuk sesuatu yang tidak akan dibawa mati! Jangan buang energimu untuk hal-hal yang tidak bermanfaat di akhirat!

Bukan berarti tidak boleh menikmati dunia. Jangan salah artikan bahwa memiliki harta dilarang. Apalagi sampai menuduh iri, janganlah!

Boleh berharta, tapi carilah dengan jalan yang halal. Silahkan berharta, namun jangan sampai melekat di hati. Tidak ada salahnya berharta, selagi membantumu beribadah. Berharta banyak monggo, namun jangan sampai dibuat pusing

Hayatilah dalam-dalam sabda Rasulullah ﷺ di atas! Beliau ﷺ yang menolak tawaran ranjang yang empuk. Mencukupkan apa yang ada.

" Apa urusanku dengan dunia! Di dunia ini, tidaklah saya melainkan seperti seorang pengendara yang berteduh di bawah rindangnya sebuah pohon. Ia pasti melanjutkan perjalanan dan meninggalkan pohon tersebut"

Masjid Nabawi, 03 Maret 2025

www.tg-me.com/anakmudadansalaf
(319)

Guru Ideal : Bagai Mencari Jarum di Tumpukan Jerami?

Belajar berbeda dengan mengajar. Maka, sehebat apapun seorang pelajar, belum tentu mampu menjadi pengajar yang baik. Murid yang berprestasi, bukan jaminan akan menjadi guru yang ideal.

Guru tidak hanya bertugas di ruang kelas yang sempit. Guru tak sebatas membacakan materi pelajaran lalu mengajukan pertanyaan untuk dijawab murid-muridnya.

Guru ideal adalah figur yang membersamai muridnya, di dalam dan di luar kelas, agar bisa menggali dan mengembangkan potensinya. Ia harus memahami teknik mengajar yang menyenangkan, juga interaktif.

Komunikasi tidak satu arah dari guru saja. Murid dibantu untuk mampu berkomunikasi dengan baik, beradab, dan sopan. Nah, itulah tugas guru yang ideal.

Guru ideal tentu berusaha memahami tiap individu muridnya. Tidak dipukul rata. Tidak dihitung panjang.

Setiap murid pasti berbeda-beda; latar belakang keluarganya, ekonomi, kecerdasan, minat dan bakat, kemampuan bersosial, fisik, cara berkomunikasi, dan masih banyak hal lain yang tentu tidak bisa disamakan.

Nah, guru ideal adalah guru yang mau dan mampu membantu muridnya dalam menghadapi masalah dan kesulitannya dalam belajar.

Al Imam Muslim (537) meriwayatkan kisah sahabat Muawiyah bin Al Hakam As Sulami.

Muawiyah berasal dari kabilah Bani Sulaim. Sebuah kabilah induk yang menempati kawasan antara Mekkah dan Madinah.

Muawiyah ibnul Hakam masuk Islam belakangan lalu memutuskan untuk pindah dan tinggal di kota Madinah. Beliau tercatat sebagai Ahlus Shuffah yang tinggal di teras Masjid Nabawi.

Karena baru masuk Islam, Muawiyah masih belum banyak mempelajari syariat Islam. Ada satu kejadian yang menunjukkan hal itu.

Di sebuah salat di Masjid Nabawi, orang di samping Muawiyah bersin. Ia pun mendoakan, " Yarhamukallah". Artinya; semoga Allah merahmatimu.

Hal itu membuat orang-orang melihat ke arah Muawiyah. " Waduh, celaka Ibuku. Ada apa dengan kalian? Kenapa kalian memandang saya seperti itu?", tanya Muawiyah.

Orang-orang malah memukul-mukul paha mereka dengan tangan, seperti mengisyaratkan agar Muawiyah diam.

Setelah selesai salat, Rasulullah ﷺ kemudian menjelaskan bahwa di dalam salat, tidak boleh berbicara. Salat itu isinya tasbih, takbir, dan bacaan Al Qur'an.

Kata Muawiyah:

فَبِأَبِي هو وأُمِّي، ما رَأَيْتُ مُعَلِّمًا قَبْلَهُ ولَا بَعْدَهُ أحْسَنَ تَعْلِيمًا منه

" Ayah Ibuku menjadi tebusan. Saya tidak pernah menyaksikan seorang guru, baik sebelum maupun sesudah kejadian itu, yang lebih indah cara mengajarnya dibandingkan Rasulullah"

فَوَاللَّهِ، ما كَهَرَنِي ولَا ضَرَبَنِي ولَا شَتَمَنِي

" Demi Allah! Rasulullah tidak membentak saya, tidak memukul saya, dan tidak mencela saya "

Subhanallah! Salawat dan salam tercurahkan selalu untuk kekasih dan baginda agung Rasulullah ﷺ.

Hakikat guru ideal itu bukan yang pilih-pilih murid pintar dan rajin. Guru ideal adalah figur yang memotivasi murid dari yang bodoh menjadi pintar, dari malas menjadi rajin, dari tidak beradab menjadi santun, dari yang susah diatur menjadi murid yang tertib.

Guru ideal adalah figur yang penyabar. Bukan sedikit-sedikit membentak, bukan sebentar-sebentar mencela dan merendahkan muridnya.

Guru ideal harusnya berdada lapang. Tidak main pukul, apalagi sampai menyakiti fisik muridnya. Tidak mempermalukan muridnya di depan umum, apalagi sampai membunuh karakternya.

An Nawawi berkata, " Hadis ini mengajak kita untuk meneladani akhlak Rasulullah dalam bersikap lemah lembut kepada orang jahil, mengajarkan ilmu dengan metode menyenangkan dan penuh kasih sayang, serta membantunya agar mudah memahami yang benar"

Sederhananya, guru ideal adalah guru yang tidak berhenti untuk belajar tentang bagaimana cara mengajar yang baik.

Maka, jika ada muridnya bodoh, nakal, susah diatur, atau kesulitan dalam memahami pelajaran, ia akan berani dan jujur untuk introspeksi diri, " Sudahkah saya menjadi figur guru yang ideal?"

Masjid Nabawi, lokasi sahabat Muawiyah ibnul Hakam menjadi saksi. 05 Ramadhan 1446/05 Maret 2025

www.tg-me.com/anakmudadansalaf
(320)

Hai, Hati, Belumkah Berlabuh?

Hai, Hati...teduh nian menyenandungkan bait syair An Nawawi ini.

إنَّ للَّهِ عِبَاداً فُطَنَا _ تَرَكُوا الدُّنْيَا وَخَافُوا الفِتَنَا
نظروا فيها فلما علمو _ أنها ليست لحيٍّ وطنا
جعَلُوهَا لُجَّةً وَاتَّخَذوا _ صالحَ الأعمالِ فيها سفنا

Sungguh! Ada hamba-hamba Allah yang cerdas.
Dunia mereka tinggalkan, godaan-godaannya ditakuti.
Mereka perhatikan dunia, tapi mereka pun sadar itu bukan tempat tinggal.
Mereka pandang dunia bagai lautan, sementara amal salih mereka jadikan sebagai kapal


Hai, Hati, dunia bagaikan lautan. Kapankah berlabuh?

Ambisimu mengeruk menumpuk harta, membawamu seperti menuju pusaran air. Pasti engkau terjebak.
Popularitas yang engkau impikan bagai gelombang bergulung-gulung. Tenggelam lah engkau!

Hai, Hati. Apakah obsesimu wanita dan senggama saja? Ah, itu bagai air laut asin yang semakin meminum, semakinlah haus. Tak menghilangkan dahaga.
Jabatan demi jabatan hanyalah menambah tekanan, ibarat menyelam yang bertambah dalam bertambahlah tekanan. Akan hancur dan porak poranda!

Abu Qilabah Al Jarmi. Seorang tokoh tabi'in yang memilih lari bersembunyi di tempat yang jauh karena menolak diberi jabatan sebagai hakim. Ketika ditanya, kenapa?

" Saya tidak menemukan perumpamaan yang lebih pas untuk seorang hakim sekalipun berilmu, melainkan seperti orang yang berada di laut, tidak mungkin ia mampu berenang karena akhirnya tenggelam juga ", jawabannya.

Hai, Hati, dunia seperti lautan. Belumkah berlabuh?

Laut saat engkau masuk gelap dan berlipat-lipat lebih gelap saat turun ke bawah.
Seperti itu juga engkau mengikuti berita-berita politik atau gosip-gosip selebritis.
Apakah setiap teluk dan selat ingin engkau jelajahi? Tak ada ujungnya.

Dunia umpama lautan. Ada rip current yang diam-diam datang menyeret. Ada palung dalam yang tak terjamah. Ada arus bawah laut yang tidak terlihat namun mematikan. Ada tsunami yang tiba-tiba. Ada binatang-binatang beracun yang sekali tersentuh hilanglah nyawa.
Hei sadarlah, Hati, tenangnya permukaan dan birunya warna lautan hanyalah ilusi!

Itulah dunia! Ada iri dengki yang tak berhenti. Ada marah dan dendam yang tak sembuh-sembuh. Ada luka terbuka menganga karena kata-kata. Ada sombong takabbur yang menjatuhkan terpelanting. Ada konflik dan pertikaian yang tak ada ujung pangkalnya. Ada persaingan yang memuakkan.
Hei bangunlah, Hati, tidaklah kesenangan dunia itu kecuali menipu saja!

Hai, Hati, dunia laksana lautan. Tidakkah engkau ingin segera berlabuh?

Lelah. Lelah dan lelah.
Engkau ikutkan ambisi-ambisimu.
Engkau jauh dari Penciptamu!? Makan, minum, tidur, dan bermain.
Rumah Allah engkau jauhi, malah tempat dosa engkau datangi.
Firman Allah kapan terakhir dibaca, justru musik dan lagu yang mengisi hari-hari.
Destinasi-destinasi wisata engkau cari, tapi kapan berkunjung ke Tanah Suci?

Belum penat? Belum letih? Belum payah?
Sudahlah, Hati, segeralah berlabuh! Berlabuhlah di kasih sayang Allah Ta’ala.

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ ٱللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ ٱلْحَقِّ

" Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang telah turun (kepada mereka) " QS Al Hadid: 16

Makkah Al Mukarramah, 09 Maret 2025
Forwarded from Helga La firlaz
(Seri Ibnul Qayyim - 10)

Syahwat Duniawi Menjijikkan!

" Syahwat-syahwat duniawi jika menempati hati, mirip syahwat makanan di lambung.

Ketika mati, hamba akan mendapati di hatinya kebencian, kebusukan, dan kejelekan, terhadap syahwat-syahwat dunia. Sebagaimana ia mendapati berbagai makanan lezat jika berakhir di lambung, apa jadinya?"

" Sebagaimana makanan jika semakin lezat, semakin banyak lemaknya, dan semakin manis rasanya, maka feses nya semakin menjijikkan.

Seperti itu juga syahwat! Jika di dalam jiwa semakin lezat dan kuat, maka akan semakin menyakitkan ketika mati. Persis merasa terpukulnya seseorang yang kehilangan orang dicintainya, semakin ia cintai maka semakin kehilangan"

" Disebutkan dalam Al Musnad, bahwa Nabi ﷺ bertanya kepada Ad Dhahak bin Sufyan, " Bukankah ketika engkau dihidangkan makanan sudah diberi garam dan bumbu, setelahnya engkau minum air putih dan susu? ".

" Benar", jawab Ad Dhahak

Nabi ﷺ bertanya, " Lalu (makanan dan minuman itu) menjadi apa? "

" Menjadi seperti yang telah Anda ketahui ", jawab Ad Dhahak.

Nabi ﷺ pun bersabda, " Sungguh! Allah azza wa jalla membuat permisalan dunia dengan apa yang menjadi akhir dari makanan yang disantap manusia "

Ada ulama Salaf mengajak murid-muridnya, " Mari aku tunjukkan kepada kalian hakikat dunia!". Rupanya ulama itu membawa murid-muridnya menuju tempat sampah.

Katanya, " Perhatikan! Itulah akhir dari buah-buahan yang mereka makan, daging ayam, madu, dan minyak samin mereka "

(Uddatus Shabirin, hal 285)
(321)

Yang Kadang Terlewatkan Tentang Zuhud

Karena harta, manusia saling bunuh. Karena wanita, manusia tidak menghargai nyawa. Karena jabatan, kawan seperjuangan difitnah dengan kejam.

Demi sesuap nasi, batasan halal haram tidak dipedulikan. Demi hobi dan kesenangan, banyak kewajiban diabaikan. Demi uang, murka Allah tidak ditakuti.

Iya, walaupun demikian, tidak sedikit hamba-hamba Allah yang memilih hidup zuhud.

Masih ada yang tidak rakus harta. Masih ada yang menahan pandangan dan hati terhadap wanita. Masih ada yang tidak terbawa arus memburu jabatan.

Ada hamba Allah yang mencukupkan dengan makanan dan minuman yang ada. Ada hamba Allah yang tidak mau mengorbankan kewajibannya demi hobi. Ada hamba Allah yang tidak mata duitan.

Bicara tentang zuhud, seringkali pikiran langsung terkoneksi dengan hal-hal keduniaan yang rela ditinggalkan demi meraih cinta Allah Ta’ala.

Benar! Itulah zuhud. Namun, zuhud tak hanya tentang itu. Ibnul Qayyim dalam Thariqul Hijratain menyebutkan jenis dan tingkatan zuhud.

" Zuhud terhadap dirimu sendiri! Inilah bentuk zuhud yang paling berat, dan paling sulit ", terang Ibnul Qayyim.

Beliau menjelaskan bahwa; zuhud terhadap hal-hal yang haram, masih terbilang mudah. Zuhud terhadap hal-hal makruh, hal-hal mubah secara berlebih, dan hal-hal keduniaan, semuanya masihlah dapat dicapai banyak orang.

Namun, zuhud terhadap diri sendiri, inilah yang sulit!

Apa yang dimaksud zuhud terhadap diri sendiri? Ibnul Qayyim membuatnya menjadi 2 tahapan. Tapi, kita bicara tahapan pertama saja terlebih dahulu.

" Engkau buat dirimu mati, sehingga tidak ada lagi harganya sama sekali. Jangan marah karena merasa dirimu berharga, jangan senang kepada seseorang karena merasa dirimu dihargai. Jangan membela dirimu sendiri, jangan ingin membalas karena merasa dirimu tidak dihargai ", jelas Ibnul Qayyim.

Ibnul Qayyim memang benar!

Ada orang mampu zuhud terhadap hal-hal keduniaan, namun sulit berzuhud terhadap dirinya!

Ia melihat dunia tidak ada harganya. Ia memandang rendah jabatan, harta, godaan wanita, dan apapun tentang dunia.

Namun, ia masih merasa dirinya ada harga, hingga tidak seharusnya dicela. Ia masih merasa dirinya tinggi, hingga tidak pantas direndahkan.

Ibunda Aisyah menerangkan tentang Rasulullah ﷺ:

وما انْتَقَمَ رَسولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ لِنَفْسِهِ في شيءٍ قَطُّ، إلَّا أنْ تُنْتَهَكَ حُرْمَةُ اللَّهِ، فَيَنْتَقِمَ بهَا لِلَّهِ

" Demi Allah! Beliau tidak pernah satu kali pun marah demi membela diri sendiri, kecuali ada hukum Allah yang dilanggar, barulah Beliau marah karena Allah " HR Bukhari 6126 Muslim 2327

Menurut An Nawawi hadis di atas mengajarkan kita (terkait pribadi) untuk mudah memaafkan, berlapang jiwa, dan tidak mempedulikan gangguan orang.

Benar-benar sulit! Seperti keterangan Ibnul Qayyim!

Seseorang bisa makan minum seadanya. Dia bisa berpakaian sangat sederhana. Dia bisa irit bicara. Dia bisa hidup ala kadarnya. Tapi, saat dirinya dicela dan dihina, marahlah dia!

Ketika dibilang pelit, ia tersinggung (padahal memang pelit). Ketika dikatakan bodoh, ia sakit hati (padahal siapa di antara kita yang tidak bodoh?).

Ketika dikomentari tidak berperasaan, tidak ikut andil, tidak berpartisipasi, atau tidak mau membantu (padahal kenyataannya demikian), dia tidak terima. Bahkan dia cenderung untuk menyebutkan satu per satu "kebaikan", "andil', dan "partisipasi" yang pernah dia lakukan.

" Dirimu sendiri, menurutmu, adalah hal yang paling najis untuk dibela", kata Ibnul Qayyim.

Jika zuhud sudah di tingkat ini, maka ia sudah melewati tanjakan terakhir dalam perjalanan. Ia telah tiba di puncak tertinggi.

Setelahnya, kata Ibnul Qayyim, " Ia bisa turun ke lembah keabadian, mereguk dari mata air kehidupan. Ruh nya telah terbebas dari penjara ujian dan cobaan. Ruh nya telah terbebas dari belenggu syahwat. Dan dia benar-benar sudah berkaitan dengan Rabb nya, Sesembahan nya, dan Pelindung nya, yaitu Dzat Yang Maha Benar".

Mudah-mudahan Ramadhan tahun ini, kita semakin jauh melangkah menuju kebaikan.

Lendah, 22 Ramadhan 1446 H

www.tg-me.com/anakmudadansalaf
Forwarded from Helga La firlaz
(Seri Ibnul Qayyim - 11)

Jangan Lelah Berbuat Baik! Tidak Mungkin Sia-Sia!

" Untuk manfaat terbesar buat hati, tidak ada yang bisa menyaingi; berinteraksi terhadap sesama dengan lemah lembut dan menyenangi kebaikan buat mereka "

" Sungguh, berinteraksi terhadap sesama dengan metode di atas, jika dia orang asing maka engkau akan memperoleh simpati dan rasa suka. Jika dia seorang sahabat dan teman karib, maka persahabatan dan pertemanan akan langgeng. Jika dia musuh sengitmu, maka dengan sikap lemah lembut, akan memadamkan permusuhannya dan engkau terhindar dari kejahatannya "

" Barangsiapa memperlakukan orang dengan perlakuan yang baik dan berpikir positif, niatnya tentu terjaga, dadanya lapang, dan hatinya tenang. Tentu Allah menjaganya dari hal-hal yang buruk dan jelek "

(Madarijus Salikin, 2/511)

24 Ramadhan 1446 H

https://www.tg-me.com/Donasi_Pusdiklatmu
(322)

Belajar 5 Etika Makan dari Ramadhan

Ramadhan sudah pasti istimewa. Buktinya, setiap kali Ramadhan tiba, pelajaran-pelajaran hidup yang diserap bisa bertambah. Sehingga, Ramadhan tahun ini lebih baik dibandingkan Ramadhan tahun kemarin. Ramadhan tahun depan usahakanlah agar lebih bermakna!

Tentang sahur dan berbuka puasa, paling tidak ada 5 etika makan yang dapat dicatat untuk direnungkan.

Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad menyebut 3 etika dalam satu paragraf, “ (Nabi Muhammad ﷺ ) tidak pernah menolak makanan yang dihidangkan dan tidak mencari-cari yang tidak ada. Tidak ada makanan apapun yang disajikan, selagi baik, melainkan Beliau berkenan menyantapnya…Satu kali pun, Beliau tidak pernah mencela makanan. Jika berselera, Beliau makan. Jika tidak, Beliau membiarkan “

Subhanallah! Akhlak yang sangat indah. Etika makan yang berkualitas tinggi.

Jelas tergambar bagaimana pribadi Beliau ﷺ yang sangat menyenangkan, menenangkan, dan tidak menyakiti perasaan. Tidak merepotkan dan tidak membuat orang susah. Tuan rumah yang menjamu atau teman yang duduk makan bersama tidak berasa sungkan atau kecil hati.

Apa yang dihidangkan, sudah itu yang Beliau ﷺ nikmati. Beliau bersabda;

لَوْ دُعِيتُ إلى كُراعٍ لَأَجَبْتُ

Andai aku diundang makan dengan menu kaki kambing (tulang di bawah lutut kambing), tentu akan aku penuhi “ HR Bukhari 5178 dari Abu Hurairah.

Ah, Beliau ﷺ tidak pilih-pilih menu untuk menentukan, apakah undangan makan nantinya dipenuhi ataukah tidak?

Betapa kita dan anak-anak kita perlu ditanamkan akhlak mulia semacam ini.

Bandingkan dengan pola konsumsi makanan yang berbasis kuliner mahal dan mewah! Anak-anak dibiasakan untuk makan di restoran-restoran yang di luar batas kemampuan finansial. Bahkan, ada fenomena mengejar viral menu makan yang mesti antri berjam-jam dengan harga yang tidak masuk akal.

Bandingkan dengan pola hidup terkait konsumsi makanan yang semakin hari semakin menyedihkan. Anak-anak yang menangis berteriak-teriak karena menolak makan yang diberikan. Anak-anak yang ngambek, bahkan pergi tanpa kata, karena menu makan yang tidak sesuai. Tidak sedikit anak yang membanting piring atau wadah makannya, gara-gara menunya yang berbeda dengan keinginan.

Ajarkan dan contohkan kepada mereka bahwa ;

ما عَابَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ طَعَامًا قَطُّ؛ إنِ اشْتَهَاهُ أكَلَهُ، وإلَّا تَرَكَهُ

Nabi Muhammad ﷺ tidak pernah, walau satu kali, mencela makanan. Jika berselera, Beliau makan. Jika tidak, Beliau membiarkan “ HR Bukhari 3563 Muslim 2064

Etika yang ke- 4 adalah tidak berlebihan makan. Silahkan makan, namun sesuai takaran. Jangan sampai terbuang percuma!. Ingin makan, tidak dilarang. Namun, tidak boleh mubazir. Silahkan pesan makanan, tetapi pesanlah berdasarkan kebutuhan. Jangan gara-gara alasan budaya atau kebiasaan yang sudah berjalan, banyak menu yang tidak termakan.

Allah Ta’ala berfirman:

وَكُلُوا۟ وَٱشْرَبُوا۟ وَلَا تُسْرِفُوٓا۟ ۚ

Silahkan makan, silahkan minum, namun janganlah berlebihan “ QS Al A'raf; 31

Etika ke- 4 ini sangat terkait dengan etika nomor 5, yaitu pikirkanlah orang lain dan jangan hanya mengejar kenyang sendiri. Ingatlah bahwa masih ada saudaramu, tetanggamu, atau keluargamu yang menahan lapar. Tegakah jika makanan berlebih sampai terbuang, sementara masih ada yang lapar?

Jangan egois hingga melupakan orang lain. Tawarkan kepada yang ada di sekitarmu. Ajaklah yang ada di sekelilingmu. Kenyang, kenyanglah bersama.

Rasulullah bersabda ﷺ;

طَعامُ الرَّجُلِ يَكْفِي رَجُلَيْنِ، وطَعامُ رَجُلَيْنِ يَكْفِي أرْبَعَةً، وطَعامُ أرْبَعَةٍ يَكْفِي ثَمانِيَةً

Makanan porsi 1 orang, bisa dimakan berdua. Makanan porsi 2 orang, bisa dimakan berempat. Makanan porsi 4 orang, bisa dimakan berdelapan “ HR Muslim 2059 dari Jabir bin Abdillah.

Demikianlah Islam! Agama yang sangat detil mengatur dan memperjuangkan tatanan kehidupan terbaik. Semoga Ramadhan tahun ini semakin bermakna.

26 Ramadhan 1446 H

https://www.tg-me.com/anakmudadansalaf
(323)

Gara-Gara Bertengkar, Tidak Beroleh Ampunan di Malam Lailatul Qadar?

Nanti malam, malam ke- 27 Ramadhan tahun ini. Terlepas dari perbedaan pendapat ulama, kapan tepatnya Lailatul Qadar, malam ke- 27 menjadi malam yang paling diharapkan sebagai Lailatul Qadar.

Maka, kaum muslimin berlomba penuh semangat menghidupkan malam ke- 27 dengan ibadah. Berharap memperoleh ampunan dari Allah Ta’ala.

Tahukah kita bahwa dahulu pernah Nabi Muhammad ﷺ hendak mengkhabarkan kepada sahabat-sahabatnya mengenai kepastian malam Lailatul Qadar, namun batal. Kenapa? Disebabkan pertengkaran.

Al Bukhari (2023) meriwayatkan hadis dari sahabat Ubadah bin Shamit bahwa, “ Nabi Muhammad ﷺ pernah keluar untuk mengkhabarkan kepada kami tentang Lailatul Qadar. Lalu ada dua orang bertengkar “

Nabi Muhammad ﷺ bersabda;

خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ القَدْرِ، فَتَلاَحَى فُلاَنٌ وَفُلاَنٌ، فَرُفِعَتْ وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ، فَالْتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ، وَالسَّابِعَةِ، وَالخَامِسَةِ

Aku tadi keluar karena ingin mengkhabarkan kepada kalian tentang Lailatul Qadar. Lalu si Fulan dan si Fulan bertengkar, akhirnya Lailatul Qadar pun diangkat. Mudah-mudahan hal itu justru menjadi kebaikan untuk kalian. Carilah Lailatul Qadar di malam ke- 9, malam ke- 7, dan malam ke- 5 “.

Malam Lailatul Qadar adalah malam yang paling dicari dan diburu karena berharap ampunan dari Allah.

Ibunda Aisyah bertanya kepada Rasulullah, “ Wahai Rasulullah, andai saya mengetahui malam Lailatul Qadar, apa yang seharusnya saya ucapkan?”.

Nabi Muhammad ﷺ menjawab, “ Banyak-banyaklah berdoa :

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Ya Allah, sungguh Engkau adalah Dzat yang Maha Memaafkan. Engkau sangat menyukai memaafkan. Maka, maafkanlah aku “ HR Tirmidzi no.2508

Malam nanti malam ke- 27 Ramadhan. Besok hari Kamis.

Bagimu, Saudaraku, yang berburu ampunan dari Allah. Untukmu, Saudaraku, yang berharap dimaafkan Allah. Simak dan resapi hingga ke relung hati sabda Nabi Muhammad ﷺ berikut ini :

تُفْتَحُ أبْوابُ الجَنَّةِ يَومَ الاثْنَيْنِ، ويَومَ الخَمِيسِ، فيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لا يُشْرِكُ باللَّهِ شيئًا، إلَّا رَجُلًا كانَتْ بيْنَهُ وبيْنَ أخِيهِ شَحْناءُ، فيُقالُ: أنْظِرُوا هَذَيْنِ حتَّى يَصْطَلِحا، أنْظِرُوا هَذَيْنِ حتَّى يَصْطَلِحا، أنْظِرُوا هَذَيْنِ حتَّى يَصْطَلِحا

Setiap hari Senin dan setiap hari Kamis, pintu-pintu surga dibuka. Setiap hamba beroleh ampunan, sepanjang dia tidak melakukan kesyirikan kepada Allah dengan apapun. Kecuali seseorang yang ada kebencian antara dirinya dengan saudaranya. Akan dikatakan: Tangguhkan (ampunan) untuk kedua orang ini sampai mereka berdamai! Tangguhkan (ampunan) untuk kedua orang ini sampai mereka berdamai! Tangguhkan (ampunan) untuk kedua orang ini sampai mereka berdamai! “ HR Muslim no.2565

Kepada suami istri yang sedang bertengkar, kepada kakak adik yang masih berselisih, kepada sesama teman yang sudah lama tak saling bicara, yang kepada tetangganya mendiamkan, internal pengurus Pondok yang memendam ganjalan di hati, antar santri/santriwati yang “memelihara” sekat penghalang, dan kepada siapapun yang masih mempunyai benci di hati kepada saudaranya;

Jangan bohongi dirimu sendiri! Kepada orang lain, engkau bisa mengatakan: Tidak ada masalah. Kepada orang lain engkau bisa mengelabui. Namun, apakah engkau hendak membohongi diri sendiri? Bisakah engkau berbohong kepada Allah?

Ibnul Qayyim (Bada’iul Fawaid 2/244) menasihati, “ Sebagaimana engkau bersikap, seperti itu jugalah engkau akan disikapi. Seperti apa engkau memperlakukan hamba-hamba, sudah seperti itulah Allah memperlakukan dirimu. Jika hal ini tergambar jelas dan berpikirnya bisa fokus, maka akan sangat mudah baginya untuk berbuat baik walau kepada yang berbuat jahat terhadap dirinya

Saudaraku, sambutlah malam ke- 27 dengan berlapang dada untuk memaafkan, agar engkau dimaafkan Allah Ta’ala.

Hartamu dibersihkan dengan zakat dan infak. Hatimu jernihkan dengan memaafkan!

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنّا

Lendah, 26 Ramadhan 1446 H

https://www.tg-me.com/anakmudadansalaf
🕋 *"Rihlah Tholabul 'Ilmi di Kota Nabi"*
_Meraih Berkah dalam Rihlah Suci_

Bersama Ust Abu Nasiim Mukhtar bin Rifai حفظه الله
Dan pemenang lomba Musabaqoh Al Imam Ibnul Jazari

💫 *Harga 29.9jt*
📢 Program : 75 hari
(Bagi yang menghendaki 16hari/20 hari/30 hari/60 hari bisa menyesuaikan)
PERIODE : July
✈️ by Eutopia One way

HARGA INCLUDE
Bismillah (Harga Awal Musim)
Harga Include :
Maskapai One Way Eutopia
Visa +Tasreh
Bus
Daar/apartemen 75 hari
Handling airport
Porter Bandara
Zam zam

Paket Belum Termasuk :
1⃣ Makan
2⃣ Perlengkapan lengkap 1.750.000. Tidak ambil perlengkapan lengkap wajib bayar 500.000
3⃣ Akomodasi domestik ke Jakarta PP dan hotel menginap bila perlu
3️⃣ Vaksin covid, meningitis
4️⃣ Biaya pembuatan paspor
5️⃣ Keperluan pribadi, obat-obatan, Laundry, kelebihan bagasi
6⃣ Umroh yang ke 2, 3, 4, 5 dst...

Konsultasi & Pendaftaran :
+6282227051630 (Udin)
+6285642149489 (Ibnu)
2025/07/14 01:46:47

❌Photos not found?❌Click here to update cache.


Back to Top
HTML Embed Code: