Karya : @James07692
"Mesin waktu"
Oleh: Riadi Komara
Semenjak aku mengenalmu
Pada malam minggu hari itu
Aku merasa kehangatan beda
Aku menemukan rasa cinta
Setelah aku mati rasa
Karena terpatahkan
Bahkan awalnya
..Aku sempat..
...Tak lagi...
...Percaya...
....Apakah....
.....Bisa....
Bangkit lagi
Dari rasa sakit
Seperti obat pahit
Yang buatku terjangkit
Hari itu aku sangat berharap
Bahwa Einstein menemukan
Penemuan mesin waktunya
Agar aku bisa memperbaiki semua
Tasikmalaya, 31 Maret 2024.
Selamat berpuisi. Gabung ke chanel @puisi @temanpuisi dan juga @sedih, ya.
"Mesin waktu"
Oleh: Riadi Komara
Semenjak aku mengenalmu
Pada malam minggu hari itu
Aku merasa kehangatan beda
Aku menemukan rasa cinta
Setelah aku mati rasa
Karena terpatahkan
Bahkan awalnya
..Aku sempat..
...Tak lagi...
...Percaya...
....Apakah....
.....Bisa....
Bangkit lagi
Dari rasa sakit
Seperti obat pahit
Yang buatku terjangkit
Hari itu aku sangat berharap
Bahwa Einstein menemukan
Penemuan mesin waktunya
Agar aku bisa memperbaiki semua
Tasikmalaya, 31 Maret 2024.
Selamat berpuisi. Gabung ke chanel @puisi @temanpuisi dan juga @sedih, ya.
Karya : @AditPYusuf
Singgah Bagimu, Pulang Bagimu
Jika mendendam adalah salah
Mengapa rasa indah menjaga nalar yang terpencar
Dari sulur-sulur yang terdedah
Menguning dalam larut angin berderai pudar
Kau mengutip sebait kata-kata dari sebuah buku tua.
Derma yang tak juga sampai kepada waktu
Menjejak dalam rana waktu yang bersenda gurau
Jika hanya ini yang tersisa dari derap langkah kecilmu
Sekali lagi aku ingin berarti untukmu.
Memberi dunia yang sejenak,
tak kau rasakan dalam sebuah kata pulang
Tempat kembali dari penat dan retak;
hatimu yang setipis kaca pada suatu petang.
Jakarta, 10 Januari 2023
Di follow chanelnya @temanpuisi @puisi @sedih dulu, Kakaks ✌️
Singgah Bagimu, Pulang Bagimu
Jika mendendam adalah salah
Mengapa rasa indah menjaga nalar yang terpencar
Dari sulur-sulur yang terdedah
Menguning dalam larut angin berderai pudar
Kau mengutip sebait kata-kata dari sebuah buku tua.
Derma yang tak juga sampai kepada waktu
Menjejak dalam rana waktu yang bersenda gurau
Jika hanya ini yang tersisa dari derap langkah kecilmu
Sekali lagi aku ingin berarti untukmu.
Memberi dunia yang sejenak,
tak kau rasakan dalam sebuah kata pulang
Tempat kembali dari penat dan retak;
hatimu yang setipis kaca pada suatu petang.
Jakarta, 10 Januari 2023
Di follow chanelnya @temanpuisi @puisi @sedih dulu, Kakaks ✌️
Karya : @Aldipaicong
Menciptakan ulang tangan kita
suatu hari nanti kita
tiba kembali di sana
melihat matahari berkilau
di ranting-ranting paling jauh
pohon-pohon yang namanya
sama dengan nama ibu kita;
bekerja bersama batu-batu kecil
di pantai & mengamati jantung
mereka merawat hutan bunga
seluas dunia;
belajar pada ombak yang tak
lelah menulis & menyunting
diri mereka sendiri;
bermain di udara terbuka
sebagai anak-anak & air mata
membilas hingga bersih semua
warna yang dinodai niat jahat.
*
suatu hari nanti kita
tiba kembali di sana
segala sesuatu di dekatmu—
seperti tiap kata di puisi ini—
pintu menuju perjumpaan.
mari kita mulai dari matamu.
aku ada
di balik benda-benda sederhana
agar kau mudah menemukanku.
atau tanganmu. kau akan
menyentuh segala yang telah
menyentuh tanganku.
senantiasa ada waktu
untuk menciptakan ulang
tangan kita. tangan kita
bergandengan menyusuri
jalan-jalan tenang & terang.
tiada lagi papan-papan iklan
berisi bahasa & wajah asing
bisa mengubah pohon diri
kita menjadi angka-angka.
Bekasi, 31 Mei, 2024.
Gabung langsung ke chanel @puisi, @temanpuisi dan @sedih.
Menciptakan ulang tangan kita
suatu hari nanti kita
tiba kembali di sana
melihat matahari berkilau
di ranting-ranting paling jauh
pohon-pohon yang namanya
sama dengan nama ibu kita;
bekerja bersama batu-batu kecil
di pantai & mengamati jantung
mereka merawat hutan bunga
seluas dunia;
belajar pada ombak yang tak
lelah menulis & menyunting
diri mereka sendiri;
bermain di udara terbuka
sebagai anak-anak & air mata
membilas hingga bersih semua
warna yang dinodai niat jahat.
*
suatu hari nanti kita
tiba kembali di sana
segala sesuatu di dekatmu—
seperti tiap kata di puisi ini—
pintu menuju perjumpaan.
mari kita mulai dari matamu.
aku ada
di balik benda-benda sederhana
agar kau mudah menemukanku.
atau tanganmu. kau akan
menyentuh segala yang telah
menyentuh tanganku.
senantiasa ada waktu
untuk menciptakan ulang
tangan kita. tangan kita
bergandengan menyusuri
jalan-jalan tenang & terang.
tiada lagi papan-papan iklan
berisi bahasa & wajah asing
bisa mengubah pohon diri
kita menjadi angka-angka.
Bekasi, 31 Mei, 2024.
Gabung langsung ke chanel @puisi, @temanpuisi dan @sedih.
Karya : @HaiaaNoureen
Kita
Tiada berkata, puisi yang bercerita
bercermin pada rasa
atau nalar yang digertak liar
mulut si A, hati si B
bernegosiasi dengan AB
kita; dekil yang gigil
kamu dan aku; beradab terkadang biadab
sepasang nyawa yang diboikot oleh 'seandainya'
Patah, di ujung jalan
bersumpah; menghalau kabut pekat yang membutakan
22 Agustus 2024.
Sehat selalu para Pujangga. Kita tunggu karya orisinal terbaik kalian di chanel @temanpuisi @puisi.
Kita
Tiada berkata, puisi yang bercerita
bercermin pada rasa
atau nalar yang digertak liar
mulut si A, hati si B
bernegosiasi dengan AB
kita; dekil yang gigil
kamu dan aku; beradab terkadang biadab
sepasang nyawa yang diboikot oleh 'seandainya'
Patah, di ujung jalan
bersumpah; menghalau kabut pekat yang membutakan
22 Agustus 2024.
Sehat selalu para Pujangga. Kita tunggu karya orisinal terbaik kalian di chanel @temanpuisi @puisi.
Karya : @neurolosastra
BILA NANTI
nafsu mengayun, lambat laun,
di lorong pikiran; bayang-bayang
perasaan memudar
arus waktu menganga.
Bila nanti, kisah adalah udara,
cinta jadi daun kering
berdesir di lapang-lapang kosong
yang ditinggalkan para penyair.
waktu mencair—seperti lilin redup
mengalir ke jurang nasib,
takdir menggema hampa,
nasibnya meragukan doa.
Bila nanti, kisah adalah maya,
cinta menyelinap dalam sejuk mata
dan menggulung kesepian—
pengembaraan melilit derita sendiri.
mimpi menguap, mengelupas dari kulitnya,
terurai dalam embus iman,
takwa berdiri seperti patung
di jalan yang bersimpangan.
Bila nanti, kisah adalah kata,
cinta menggema sebagai makna
melebur dengan hening yang kudus,
mengukir hidup dalam renungan suci.
Ciputat, 2019
Gabung langsung ke chanel @puisi @temanpuisi juga @sedih
BILA NANTI
nafsu mengayun, lambat laun,
di lorong pikiran; bayang-bayang
perasaan memudar
arus waktu menganga.
Bila nanti, kisah adalah udara,
cinta jadi daun kering
berdesir di lapang-lapang kosong
yang ditinggalkan para penyair.
waktu mencair—seperti lilin redup
mengalir ke jurang nasib,
takdir menggema hampa,
nasibnya meragukan doa.
Bila nanti, kisah adalah maya,
cinta menyelinap dalam sejuk mata
dan menggulung kesepian—
pengembaraan melilit derita sendiri.
mimpi menguap, mengelupas dari kulitnya,
terurai dalam embus iman,
takwa berdiri seperti patung
di jalan yang bersimpangan.
Bila nanti, kisah adalah kata,
cinta menggema sebagai makna
melebur dengan hening yang kudus,
mengukir hidup dalam renungan suci.
Ciputat, 2019
Gabung langsung ke chanel @puisi @temanpuisi juga @sedih
Karya : @sinimaen
Kemarin,
Masih tercetak jelas,
Lekungan senyum tipis,
Setara mentari menyilaukan pagi,
Tak apa,
Sekarang sudah tak ada lagi,
Penyembuh duka,
Setidaknya,
Mengingatnya kembali,
Sesekali,
Tanpa mengingat luka yang lewat, tanpa permisi.
Kediri, 03.42_05.10.24.
@temanpuisi @puisi @sedih
Silahkan difollow👍
Kemarin,
Masih tercetak jelas,
Lekungan senyum tipis,
Setara mentari menyilaukan pagi,
Tak apa,
Sekarang sudah tak ada lagi,
Penyembuh duka,
Setidaknya,
Mengingatnya kembali,
Sesekali,
Tanpa mengingat luka yang lewat, tanpa permisi.
Kediri, 03.42_05.10.24.
@temanpuisi @puisi @sedih
Silahkan difollow👍
Karya :@tirtogesang
L I R I H
Kepada bulan sendu
Dihantarkannya tembang rindu
Membelai sunyi bagai angin mencuri dalam sembunyi
Semua terendap dalam gelap
Godamu kunang-kunang
Cantik berkelip seperti main mata di rimbun ilalang padang
Mataiku sedang menyulam do'a
Sebelum berangkat pagi menitik bening embun
Kalau saja di antara kalian menjumpa
Rahasiakanlah aku dari sajak-sajak yang katanya
Sebab, dari sajak-sajak itu ....
Aku di pakuan tipu
Purworejo, 21 Desember 2024
Bantu difollow @temanpuisi @puisi @sedih
L I R I H
Kepada bulan sendu
Dihantarkannya tembang rindu
Membelai sunyi bagai angin mencuri dalam sembunyi
Semua terendap dalam gelap
Godamu kunang-kunang
Cantik berkelip seperti main mata di rimbun ilalang padang
Mataiku sedang menyulam do'a
Sebelum berangkat pagi menitik bening embun
Kalau saja di antara kalian menjumpa
Rahasiakanlah aku dari sajak-sajak yang katanya
Sebab, dari sajak-sajak itu ....
Aku di pakuan tipu
Purworejo, 21 Desember 2024
Bantu difollow @temanpuisi @puisi @sedih
Karya : @Rimba_kisah
Simfoni Cinta di Pagi Buta
Ketika embun bercumbu dengan dedaunan,
Dan mentari masih malu di ufuk timur,
Aku temukan bayangmu di antara kabut,
Lembut, seperti doa yang terucap pelan.
Langit membisikkan puisi kepada cakrawala,
Nada cinta tersebar di udara pagi.
Angin menyentuh pipiku serupa belaianmu,
Hangat, meski diselimuti dingin sunyi.
Oh, pagi yang melukis rindu,
Dalam sejuknya, ada bara yang tak padam.
Aku menunggu, seperti bunga menanti fajar,
Hingga cintamu hadir, menghapus malam.
Setiap helai cahaya adalah nadiku,
Mengalirkan harapan akan hadirmu.
Dan pagi ini, kutitipkan segenap rasaku,
Pada sinar mentari yang menyentuh hatimu.
Pontianak, 8 Januari 2025
Silahkan di follow chanel ini @temanpuisi @puisi @sedih
Simfoni Cinta di Pagi Buta
Ketika embun bercumbu dengan dedaunan,
Dan mentari masih malu di ufuk timur,
Aku temukan bayangmu di antara kabut,
Lembut, seperti doa yang terucap pelan.
Langit membisikkan puisi kepada cakrawala,
Nada cinta tersebar di udara pagi.
Angin menyentuh pipiku serupa belaianmu,
Hangat, meski diselimuti dingin sunyi.
Oh, pagi yang melukis rindu,
Dalam sejuknya, ada bara yang tak padam.
Aku menunggu, seperti bunga menanti fajar,
Hingga cintamu hadir, menghapus malam.
Setiap helai cahaya adalah nadiku,
Mengalirkan harapan akan hadirmu.
Dan pagi ini, kutitipkan segenap rasaku,
Pada sinar mentari yang menyentuh hatimu.
Pontianak, 8 Januari 2025
Silahkan di follow chanel ini @temanpuisi @puisi @sedih
Karya : @arifaugust
Napas yang terhempas,
dalam manik-manik hujan.
Angin sedang berhenti meramal arah ....
aku, tinggal titik-titik kecil di atas buih lautan prasangkaku sendiri.
apa yang harus kutemukan,
apa yang harus kulewati,
berlawanan dan mati dalam dogma-dogma...
yang tak kupahami dari mana asalnya.
Jambi, 17 Januari 2024
DY.
Yok mari yok gabung ke chanel @puisi @temanpuisi dan @sedih
Open paid promote juga kita
Napas yang terhempas,
dalam manik-manik hujan.
Angin sedang berhenti meramal arah ....
aku, tinggal titik-titik kecil di atas buih lautan prasangkaku sendiri.
apa yang harus kutemukan,
apa yang harus kulewati,
berlawanan dan mati dalam dogma-dogma...
yang tak kupahami dari mana asalnya.
Jambi, 17 Januari 2024
DY.
Yok mari yok gabung ke chanel @puisi @temanpuisi dan @sedih
Open paid promote juga kita
Karya : @yoofan_s
Perihal dirimu
Di lembah curam yang kunamai rindu
Kucoba gapai senyummu
Di antara ranting-ranting kenangan
Namun, tak sampai
Di laut dalam yang kusebut rasa
Kucoba dekap dirimu
Di antara terumbu karang
Tapi, tak sampai
Di langit tinggi yang kusebut harapan
Kucoba hitung namamu
Di antara awan awan
Ah, terlalu banyak
Juli, 8 2024.
Langsung gabung @temanpuisi @puisi @sedih
Perihal dirimu
Di lembah curam yang kunamai rindu
Kucoba gapai senyummu
Di antara ranting-ranting kenangan
Namun, tak sampai
Di laut dalam yang kusebut rasa
Kucoba dekap dirimu
Di antara terumbu karang
Tapi, tak sampai
Di langit tinggi yang kusebut harapan
Kucoba hitung namamu
Di antara awan awan
Ah, terlalu banyak
Juli, 8 2024.
Langsung gabung @temanpuisi @puisi @sedih
Karya : @tan_90derajat
Sebening Embun
aku adalah sepucuk
di dedaunan yang basah
bila kau temui aku di dahan dan ranting,
basah sudah lebih dulu mengenali aku
tapi siapa yang memeluk dingin
kala daun kuncup
dan bunga sedang tidur?
entahlah—
mungkin itu kamu
di sepanjang pematang,
menghijau;
mengharukan
mungkin juga dia,
yang berkabut;
merupa uap air yang tiba-tiba bercinta dengan si pagi buta.
◖ѕℓ
30 Maret, 2025.
@temanpuisi
@puisi
@sedih
Sebening Embun
aku adalah sepucuk
di dedaunan yang basah
bila kau temui aku di dahan dan ranting,
basah sudah lebih dulu mengenali aku
tapi siapa yang memeluk dingin
kala daun kuncup
dan bunga sedang tidur?
entahlah—
mungkin itu kamu
di sepanjang pematang,
menghijau;
mengharukan
mungkin juga dia,
yang berkabut;
merupa uap air yang tiba-tiba bercinta dengan si pagi buta.
◖ѕℓ
30 Maret, 2025.
@temanpuisi
@puisi
@sedih
Karya : @al_inziaj
Pulang ke rahim ibu
Ingatan adalah rumah terapung
Suatu waktu, ombak akan menyeretnya
Menerjang memori yang hampir penuh
Namamu, semata ingatan yang panjang
Namun ingatan tidak punya lengan
Sebelum darah membeku
Sebelum seorang bocah tidak berhenti menangis,
Sebelum semuanya mengering,
Aku ingin tenggelam di sana.
_padi
Medan, 16 November 2024.
@temanpuisi
@sedih
@puisi
Gabung saja
Pulang ke rahim ibu
Ingatan adalah rumah terapung
Suatu waktu, ombak akan menyeretnya
Menerjang memori yang hampir penuh
Namamu, semata ingatan yang panjang
Namun ingatan tidak punya lengan
Sebelum darah membeku
Sebelum seorang bocah tidak berhenti menangis,
Sebelum semuanya mengering,
Aku ingin tenggelam di sana.
_padi
Medan, 16 November 2024.
@temanpuisi
@sedih
@puisi
Gabung saja
Karya : @Ihwa_1
M E N G A B U R
By: Yang terlupa
Jingga dalam cahyanya
Gelap dalam bayangnya
Larut dalam keramaian
Sirna dalam kenangan
Menyusut dalam waktu
Melebur dalam nostalgia
Mengalir dalam sunyi
Tersimpan dalam diam yang setia
Terhapus oleh angin lembut
Seperti embun pagi yang pudar
Menghilang perlahan, seiring waktu
Hanyut dalam rindu, terasa samar
Kembali dalam bisu malam
Tersisa jejak lembut di sana
Menelusuri perjalanan yang dalam
Menuju cakrawala baru yang cerah
Indonesia__19 September, 2024
@temanpuisi @puisi @sedih
M E N G A B U R
By: Yang terlupa
Jingga dalam cahyanya
Gelap dalam bayangnya
Larut dalam keramaian
Sirna dalam kenangan
Menyusut dalam waktu
Melebur dalam nostalgia
Mengalir dalam sunyi
Tersimpan dalam diam yang setia
Terhapus oleh angin lembut
Seperti embun pagi yang pudar
Menghilang perlahan, seiring waktu
Hanyut dalam rindu, terasa samar
Kembali dalam bisu malam
Tersisa jejak lembut di sana
Menelusuri perjalanan yang dalam
Menuju cakrawala baru yang cerah
Indonesia__19 September, 2024
@temanpuisi @puisi @sedih
Karya : @RinaHeningNna
Lalu lintas berlalu lalang dalam jentaka semesta
Sebentar panas, sedetik kemudian meranggas repas
Entah apa inginnya alur cerita penuh sandiwara
Yang berkelakar bahagia selamanya, ternyata hanya gurauan bibir bergincu belaka
Jatuh hati tidak main-main
Seorang pria rela melepaskan jubah kesombongannya demi memetik bintang untuk gadis pujaanya
Di tepi telaga surgawi mereka berjanji bertukar puisi
Namun, hanya tanggal yang tinggal menyelimuti hati-hati yang ternyata tertawan janji.
Kamar Hening, 30 Oktober 2024.
@puisi @temanpuisi @sedih. Gabung saja
Lalu lintas berlalu lalang dalam jentaka semesta
Sebentar panas, sedetik kemudian meranggas repas
Entah apa inginnya alur cerita penuh sandiwara
Yang berkelakar bahagia selamanya, ternyata hanya gurauan bibir bergincu belaka
Jatuh hati tidak main-main
Seorang pria rela melepaskan jubah kesombongannya demi memetik bintang untuk gadis pujaanya
Di tepi telaga surgawi mereka berjanji bertukar puisi
Namun, hanya tanggal yang tinggal menyelimuti hati-hati yang ternyata tertawan janji.
Kamar Hening, 30 Oktober 2024.
@puisi @temanpuisi @sedih. Gabung saja
Karya : @eijaaal
Rinduan
kita sisir semenanjung haru kita
kita padu euforia rasa kita
berjalanlah kini air mata
tetaplah kini bersama
Canda candu lamanya
tawa senang bertanpa
durjana risau pupus sekejap
tubuh satu erat mendekap
Kasihku, matipun kaulah kuncinya
Manisku, jiwa ini teruntukmu abadinya
O Kerinduan, lagikah bertahun kan kembali?
30 Januari 2025.
@puisi
@temanpuisi
@sedih
Gabung yuk gabung
Rinduan
kita sisir semenanjung haru kita
kita padu euforia rasa kita
berjalanlah kini air mata
tetaplah kini bersama
Canda candu lamanya
tawa senang bertanpa
durjana risau pupus sekejap
tubuh satu erat mendekap
Kasihku, matipun kaulah kuncinya
Manisku, jiwa ini teruntukmu abadinya
O Kerinduan, lagikah bertahun kan kembali?
30 Januari 2025.
@puisi
@temanpuisi
@sedih
Gabung yuk gabung
Karya : @mojangkecil
dan ketika sabit semakin melepuh di kedua bola mataku, nyalakan malam dengan puisi-puisimu yang sudah kau tabung di sakumu yang membengkak itu.
Ceritakan kisah adam dan hawa yang dikirim Tuhan ke sahara gersang dunia, nyanyikan himne tidur, dan biarkan aku selipkan bara di balik kasur kita, yang merah menyala sebuah tanya:
masihkah kau ingin tertidur di pelukan dadaku yang hangat buih rindu sekaligus derai hujan air mata?
litha
Kuningan, 22 Maret.
@temanpuisi
@puisi
@sedih
dan ketika sabit semakin melepuh di kedua bola mataku, nyalakan malam dengan puisi-puisimu yang sudah kau tabung di sakumu yang membengkak itu.
Ceritakan kisah adam dan hawa yang dikirim Tuhan ke sahara gersang dunia, nyanyikan himne tidur, dan biarkan aku selipkan bara di balik kasur kita, yang merah menyala sebuah tanya:
masihkah kau ingin tertidur di pelukan dadaku yang hangat buih rindu sekaligus derai hujan air mata?
litha
Kuningan, 22 Maret.
@temanpuisi
@puisi
@sedih
Karya : @Langit100
Pencarian kata kata sungguh menjemukan
Bahwa katanya -di -ke -dari harus berjajar rapi
Oleh aturan yang disebut literasi
Pencarian makna sungguh memuakan
Melihat, membaca, kemudian mengerti
Ditulis ulang, dibaca dan disalah arti
Bahwa di hari hari yang lalu
Aku berlarian di antara kata kata
Mencari arti, mencari makna
Dimana dengan memisahkan huruf huruf
Nyatanya membuat aku lebih hidup
Aku membaca kemudian mengerti
A kuber lari dian tara ka taka ta
A kume misah kanhu rufhu ruf,
Mereka tidak mati
Mereka tetap hidup.
Ya,
Mereka yang hidup akan tetap hidup
Jika engkau anggap mati
Maka yang mati ialah kamu sendiri
Purwakarta, 07 April 2025
Kirim puisi orisinal kalian ke chanel @temanpuisi. Akan rutin diunggah di chanel @puisi. Gabung juga ke chanel @sedih.
Pencarian kata kata sungguh menjemukan
Bahwa katanya -di -ke -dari harus berjajar rapi
Oleh aturan yang disebut literasi
Pencarian makna sungguh memuakan
Melihat, membaca, kemudian mengerti
Ditulis ulang, dibaca dan disalah arti
Bahwa di hari hari yang lalu
Aku berlarian di antara kata kata
Mencari arti, mencari makna
Dimana dengan memisahkan huruf huruf
Nyatanya membuat aku lebih hidup
Aku membaca kemudian mengerti
A kuber lari dian tara ka taka ta
A kume misah kanhu rufhu ruf,
Mereka tidak mati
Mereka tetap hidup.
Ya,
Mereka yang hidup akan tetap hidup
Jika engkau anggap mati
Maka yang mati ialah kamu sendiri
Purwakarta, 07 April 2025
Kirim puisi orisinal kalian ke chanel @temanpuisi. Akan rutin diunggah di chanel @puisi. Gabung juga ke chanel @sedih.
Karya : @Pramtan02
Dendamku Lunas
Dendamku hari ini lunas
Tak ada transaksi yang terjadi
Dulu yang kubutuhkan hanya Tuhan menjadi kepanjangan tanganku, membalas tiap rundungan yang mematuk kepala lemahku dengan liarnya
Menghajar wajahku yang terlanjur merona ungu lebam.
Kini dendamku telah usang
Tak perlu lagi aku berdoa semoga Tuhan membalaskan nestapa apa yang terjadi padaku
Tak perlu lagi aku mengharap azab segera menghujani tubuh mereka
Tak perlu lagi aku berlaku menjadi Tuhan, atau Tuhannya Tuhan.
Karena Tuhan mengajarkan aku satu kata,
Maaf.
Semarang, 19 September 2024
@temanpuisi
@puisi
@sedih
Yuk gabung yuk
Dendamku Lunas
Dendamku hari ini lunas
Tak ada transaksi yang terjadi
Dulu yang kubutuhkan hanya Tuhan menjadi kepanjangan tanganku, membalas tiap rundungan yang mematuk kepala lemahku dengan liarnya
Menghajar wajahku yang terlanjur merona ungu lebam.
Kini dendamku telah usang
Tak perlu lagi aku berdoa semoga Tuhan membalaskan nestapa apa yang terjadi padaku
Tak perlu lagi aku mengharap azab segera menghujani tubuh mereka
Tak perlu lagi aku berlaku menjadi Tuhan, atau Tuhannya Tuhan.
Karena Tuhan mengajarkan aku satu kata,
Maaf.
Semarang, 19 September 2024
@temanpuisi
@puisi
@sedih
Yuk gabung yuk
Karya : @HaloCaptain
Teruntuk ruang yang pernah bernama,
yang dindingnya mencatat napas,
yang lantainya menghafal langkah-langkah gugup
menuju perbincangan yang tak pernah selesai.
Kini engkau hanya sekat tanpa suara,
berisi gema dari suara yang tak diulang,
udara yang pernah hangat,
kini tak tahu kepada siapa ia bersandar.
Kursi-kursi menua tanpa beban,
meja tidak lagi tahu caranya menampung keluh.
Jam dinding terus berdetak,
namun waktu tak lagi merasa diundang.
Ruang itu,
pernah menyebut kita “ada”,
sebelum kita sendiri
menjadi “tak bernama”.
24 Mei, 2025.
@temanpuisi
@puisi
@sedih
Teruntuk ruang yang pernah bernama,
yang dindingnya mencatat napas,
yang lantainya menghafal langkah-langkah gugup
menuju perbincangan yang tak pernah selesai.
Kini engkau hanya sekat tanpa suara,
berisi gema dari suara yang tak diulang,
udara yang pernah hangat,
kini tak tahu kepada siapa ia bersandar.
Kursi-kursi menua tanpa beban,
meja tidak lagi tahu caranya menampung keluh.
Jam dinding terus berdetak,
namun waktu tak lagi merasa diundang.
Ruang itu,
pernah menyebut kita “ada”,
sebelum kita sendiri
menjadi “tak bernama”.
24 Mei, 2025.
@temanpuisi
@puisi
@sedih